<>

28 December 2024

titik terendahku di penghujung 2024

Hidup kadang susah ditebak, setelah mendapat nikmat yang berkepanjangan, sesudahnya dapat kesedihan yg tiada ujungnya, rasanya hidup hampa dan kosong tanpa arah.

Ya itu yang kualami per 29 December 2024. Berada dalem fase quarter life crisis kembali. Semua kerjakan terbengkalai, dipaksakan untuk di garap di hari deadline. Semua menumpuk dalam 1 waktu, rasanya hidup begitu sulit, boro-boro memikirkan bakti terhadap orang tua dan agama serta bangsa. Mengurus diri sndiri saja tak bisa, apalagi anak orang nantinya. Ya Allah. Mungkin aku ditakdirkan dalam fase ini tuk cerita agar di masa depan aku menertawakannya dengan terheran2. Mengapa dulu aku bisa begitu.

Begitulah hidup kadang siklikal, kadang monoton, dan dinamis. Monoton kadang tak enak, karena merasa seperti robot, gitu2 saja, dkasih siklikal dan dinamis pun kadang tak enak, karena kelelahan fisik dan mental. Hm kunci nya ada di syukur, sabar, ikhlas, tawakal. Kembali lagi kepada agama yang mengajarkan norma, adab, serta tujuan hidup.

Norma tentang kehidupan bermasyarakat dan berbudaya

Adab tentang akhlak terhadap tuhan, sesama, dan lingkungan

Tujuan bicara tentang arah kembali pulang setelah mengabdi sekian lamanya umur manusia yang rata-rata 63 tahun

Pada ujungnya, kita akan mati, dan sebaik-baik Iman dan taqwa adalah pakaian dan pengingat kematian.

-Arva, 
29 December 2024

Berada dalam fase tuk kembali ke padaNya. Menjadi fitrah sebaik-baik makhluk.

17 December 2024

braga, creativity of west java, 2024

Di penghujung tahun 2024 banyak surprise yang kudapatkan. Mulai dari mengisi acara di sumatera, hingga menjadi pembicara di konferensi Internasional di kampus idaman ketika SMA, yap, Institut Teknologi Bandung. Bagaimana tidak, kampus ini menghasilkan alumni-alumni dengan figur yang saya gandrungi semenjak masa sekolah. Seperti Prof Bacharuddin Jusuf Habibie, Ridwan Kamil, hingga Ir. Soekarno. Kampus yang melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia. BJ Habibie dengan kejeniusannya dari FTMD (Saat itu Universitas Indonesia di Bandung, yang kemudian berganti nama menjadi ITB). Ridwan kamil dengan IQ nya yang lulusan SAPPK ITB dan lanjut ke UC Berkeley jurusan Urban Design. Serta Ir Soekarno dengan kepawaiannya dalam berpidato, bersiasat, penguasaan semua ideologi dunia, hingga ilmu intelejen tingkat tinggi nya. Tak khayal kecerdasannya diakui baik nasional hingga manca negara.

Sedikit cerita juga yang kubawa dari Bandung, yakni romantisismenya, dengan gemerlap malam nya sebagai Ibu Kota provinsi terbesar di pulau Jawa, hiruk pikuk kehidupan duniawi, mulai pekerjaan, perkuliahan, hingga perdagangan, tak khayal menjadikannya kota yang dirindukan di Jawa, setelah Jogjakarta dan Surabaya. InsyaAllah jika diizinkan ingin menempuh S3 disana, atau bahkan Allah memberikan kejutan yang diluar prasangka hambanya. Yang terpenting ialah menata niat, untuk apa tujuan dari menempuh studi lanjut itu. Bukan sekedar gelar, tapi makna dari setiap pekerjaan yang dilakukan ketika menjadi mahasiswa.





Jabarano Coffe, 2024

20 November 2024

samosir, 2024

Tentang keikhlasan. Sejauh mana hati yang bersih, jiwa yang suci dan jauh dari hasad, iri, dengki (tazkiyatun nafs) membawa mu pada kedekatan terhadap sang Khaliq. Di tengah gempuran post modernisme dengan kecanggihan teknologinya. Mampukah kita berfilsafat islami sesuai kaidah Al Quran dan Hadits? Menggunakan tidak hanya nalar dan logika, tetapi rasio otak yang sinkron terhadap spiritualitas melebihi dimensi ruang dan waktu. Tidak hanya mengindera tetapi meyakini dan merasakan beyond all the big things, there is a wonderful scenario from Allah. 

13 October 2024

Dua kondisi yang berbeda

Pernahkah Anda berada pada situasi dimana setelah mendapatkan kesenangan, ada kesedihan, sebaliknya setelah mendapatkan kesedihan, ada kesenangan. Mengapa kita tidak dapat berlarut dalam kesenangan saja?

Ya, jawabannya adalah hukum Alam. Nature's Law. Seperti dalam Al Qur'an, dibalik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Namun mengapa tidak direksinya itu dibalik setiap kemudahan, ada kesulitan? Yap, karena Allah sayang sama kita, ketika kita dihadapkan pada kesulitan, ketika kita mendengar ayat ini, kita tidak langsung berlarut dalam kegelisahan yang berkepanjangan, karena ada jaminan (guarantee) bahwa suatu saat pasti akan datang kemudahan. 

Untuk pertanyaan mengapa tidak sebaliknya diksi kata-nya? Menurut saya karena ketika kita belajar dari kegagalan, sebagai makhluk yang menghambakan diri kepada sang pencipta, ketika dalam kemudahan kita akan menjadi tidak sombong, merasa dalam puncaknya. Ketika kita melebihi batas, maka akan datang kesulitan. Ketika belajar dari kesulitan dan nanti akan datang kemudahan, maka ketika datang kemudahan kita akan aware, dan selalu menyebut asma nya. Namun, mengapa kadang momentum tidak berpihak kepada kita? Ya, itu karena bisa jadi ibadah yang kurang, istirahat yang kurang cukup, dan terlalu mementingkan duniawi. Tapi manusia juga tidak luput dari kesalahan, hal kecil yang berdampak besar jangan disepelekan. Untuk itu pentingnya doa sebagai senjata utama seperti yang saya jelaskan di slide sebelumnya. Doa untuk menolak bala, diberi keselamatan dunia dan akhirat. Juga amalan kecil, seperti bakti pada orang tua, menjaga lingkungan, dan memelihara diri dari perbuatan munkar.

InsyaAllah dengan begitu akan lebih dominan kesenangan dhahir dan batin kita. Bismillah, yuk kita pasti bisa.

Dharuriyyah, The Great Reset, and The Greatest among The Greatness

Bagaimana nasib pelancong nan jauh di negeri sana yang tidak bisa merasakan makan dengan enak seperti di negerinya?

Makan dengan kurs IDR bukan USD. Makan dengan uang Rupiah yang berdaulat bukan dengan Mata Uang yang dicetak seenak jidat tanpa underlying asset.

Mengapa itu bisa terjadi?

Ya, jawabannya adalah peristiwa sejarah.

Bagaimana uang menjadi tak bernilai di mata manusia.

Uang yang awalnya berasal dari 1 gram emas = 1 helai kertas sebagai bukti kepemilikan emas yang tersimpan di Bank. Menjadi 0,0000000 tak hingga. 

Namanya juga dunia, dimana letak keadilannya?

Letak keadilan adalah di negeri akhirat.



Kembali lagi ke topik...

Uang yang dulunya menjadi primadona karena didapatkan dari jerih payah menggali unsur terdalam di bumi, kini melalui tebangan pohon pinus dan itu bisa didaur ulang dan diimitasi serta dicetak sebanyak-banyaknya.

Jika kita memandang Islam dahulu pada masa kejayaannya, mereka menggunakan emas dan perak untuk transaksi. Tapi di era digital ini bagaimana emas dan perak bisa diterapkan?

Apakah mengikuti nilai London Gold Exchange Standard? ataukah dengan inovasi dengan teknologi blockchain yang underlyingnya emas, jadi 1 ARV (Arva Gold) = 1 gram emas. Dan itu nilainya setara dengan semua mata uang yang ada di dunia ini.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan The Great Reset, mereka mengagendakan, mereka memakar, tapi makar Allah lebih canggih dari musuh-musuh nya. Untuk menjadi bagian dari perubahan positif terhadap tatanan dunia yang ada, maka diperlukan menimba ilmu melalui dimana peradaban modern itu dimulai. Ekonom besar bangsa pernah menimba ilmu disana bung RR, bung IN, bung FB. Semua lulusan sana. Yap, untuk itu harus realistis, persiapkan motivation letter, resume, GRE, GMAT, jangan lupa satu, Do'a. Itu senjata utama umat muslim.

Persiapkan diri dengan kembali ke fitrahnya sebelum peradaban itu direset oleh yang Maha Kuasa, bukan Mereka yang Sok Kuasa.

Sekian