<>

11 August 2021

REFLEKSI 3 TAHUN PERKULIAHAN DAN HUKUM METAFISIKA (AKSI-REAKSI)

         Tidak terasa, sudah 6 semester mengenyam bangku perkuliahan. Suka dan duka, telah dirasakan. Asam, pahit, manis, kehidupan di masa ini sungguh challenging. Awalnya mengira bahwa perkuliahan adalah satu-satunya pintu menuju kesuksesan. Tempat diri ditempa, menjadi individu yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, setelah diri ini merefleksikannya, hal tersebut memanglah klise. Tidak semua orang bisa merasakan exposure yang sama. Kualitas diri seseorang ditentukan dari beberapa faktor, seperti pengalaman hidup, latar belakang keluarga, serta lingkungan tempat dia tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor tersebut nantinya akan membawa seseorang untuk bergaul (berteman) dengan siapa dan juga mencari pendamping hidup yang sesuai dengan kriterianya. Atau secara garis besar, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut menentukan tujuan dan prinsip hidup yang dimiliki seseorang. Saya pribadi merefleksikan hal tersebut dan benar-benar terjadi terhadap diri saya. Sebagai contoh, ketika SMA, saya sangat kental dengan nuansa kajian Al-Youtubiyah dari berbagai da'i online yang eksis seperti Al Mukarram Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Abdul Somad, Ustadz Syafiq Riza Basalamah, dan masih banyak lagi. Di sisi lain, saya juga senang menyimak kisah biografi tokoh besar seperti melalui kanal youtube Satu Indonesia, Kick Andy, Hitam Putih, dan masih banyak lagi. Tentunya, itu semua dalam rangka proses pencarian jati diri, yang sebenarnya masih berlangsung hingga sekarang, namun saat ini atmosfernya berbeda sehingga objek yang ditonton juga berbeda. Hal-hal tersebut membawa saya menjadi pribadi yang inklusif namun tetap open-minded. Saya sangat berhati-hati dalam memilih teman, bahkan prosentasenya bisa 2/36. Disisi lain, saya tidak semata-mata menjadi pribadi yang tertutup dan tidak pandai bergaul, bersosialisasi, serta tidak aktif di kelas begitu saja. Namun justru, hal tersebut menjadi stimulus bagi mental dan karakter saya untuk terus tumbuh dan berkembang mencapai tujuan dengan tetap memegang prinsip yang saya yakini kebenarannya, saya tetap aktif berorganisasi di OSIS dan Pramuka, menjadi duta SMA, serta memegang "gelar" 3 besar terbaik di kelas selama 3 tahun berturut-turut hingga pada akhirnya mendapat ranking ke-3 paralel terbaik IPA se-sekolah, perlu ditekankan disini ialah, tentunya pencapaian seseorang berbeda-beda, dikarenakan tujuan dan prinsip hidupnya pun juga tidak sama. Saya pribadi, mempunyai tujuan dan prinsip hidup yang hingga kini tetap coba saya pegang. Prinsip tersebut erat kaitannya dengan nilai-nilai keislaman, yakni menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang di sekitar, sebagaimana pada hadits, khairunnas 'anfauhum linnas, yang artinya, "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." Adapun dalam hal tujuan hidup saya ialah berpegang pada salah satu ayat dalam Surat Al Baqarah, yakni ayat 30, waidzqoola rabbuka lil malaa 'ikati inni jaa'ilunfiilardzi kholifah, qoolu 'atajalufiiha maayyufsidufiiha wayasfikuddimaa'a wa nah nusabbihubihamdikawanuqoddisulak, qoola 'inni a'la mu maa laa ta'lamuun, yang isi dari kandungan tersebut yang saya pahami ialah mengenai tujuan Allah menciptakan manusia yakni sebagai khalifatullah fiil 'ard, yakni pemakmur bumi. Tujuan dan prinsip hidup yang berasal dari sumber hukum Islam itulah yang juga mengantarkan saya dalam memilih jurusan perkuliahan.

        Namun, sebagaimana pepatah mengatakan, just like seasons, people change. Sama halnya dengan musim, manusia berubah. Ada 1 faktor dalam klaster kehidupan manusia yang tidak bisa diprediksi, dan faktor tersebut dapat membuat perubahan yang besar bagi kehidupannya. Faktor tersebut ialah the hand of Almighty God. Manusia bisa berencana sesuai yang dia mau, akan tetapi tetaplah Allah yang berkehendak (menentukan). Hal tersebut saya alami ketika semester 3 perkuliahan. Titik dimana saat saya merasa sudah mendapatkan semua yang telah direncanakan, dan ingin rasanya untuk melesat lebih jauh dengan capaian itu, namun Allah berkata lain, bahwa itu tidak pantas/baik untuk saya, dan saya tidak pantas/baik untuknya. Peristiwa itu, dengan berbagai kompleksitasnya, mempengaruhi aspek psikis maupun sosiologis saya, dan hingga saat ini masih dalam tahap recovery (pemulihan), apabila saya ceritakan disini, mungkin akan panjang, insyaAllah akan saya bahas nantinya di waktu yang tepat. Singkatnya, peristiwa/kejadian/momen yang tidak pernah saya duga akan datang tersebut, mampu merubah pola, hingga tujuan dan prinsip hidup yang sudah lama saya pegang. Bahkan, saat ini saya merasa, sedang menjalani hidup 180 derajat (berbanding terbalik) dengan masa ketika SMA. Peristiwa tersebut, mengingatkan saya dengan ilmu metafisika, yakni Hukum ke-3 Newton, F aksi = -F reaksi (F><-F). Hukum itu berbunyi, "Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya (F><-F)." Akan tetapi, menurut saya, penafsiran terhadap hukum tersebut dapat berbagai macam, karena tidak jarang juga dijumpai, bukan hanya -F (berlawanan) sebagai reaksinya, namun juga +F (sejalan/setimpal) sebagai reaksinya, yakni F><+F. Contoh aplikasinya dalam aspek kehidupan ialah seperti dalam aspek sosial berikut, berlaku implementasi F><+F, apa yang ditanam, itulah yang dituai. Jika kita berbuat baik, maka timbal baliknya, orang akan berbuat baik ke kita. Adapun implementasi F><-F dalam aspek sejarah dunia, misal, Islam mengalami kejayaan selama 7 abad (abad ke 7-13), dan mengalami kemunduran selama 7 abad (14-20). Menurut Dino Patti Djalal dalam Harian Republika, di abad ke-21 ini, Islam sedang dalam proses transformasi menuju kejayaannya kembali, ditandai dengan kemunculan tokoh-tokoh dengan latar belakang Islam di panggung global, seperti peraih penghargaan Nobel Muhammad Yunus dari Bangladesh dan juga dua orang muslim yang menjadi anggota kongres Amerika Serikat. Hukum ke-3 Newton tersebut bisa kita jadikan alat untuk merefleksikan diri agar menjadi insan yang jauh lebih baik dan bersemangat dari yang sebelumnya, atau dengan kata lain, dalam penerapannya, kita membuang jauh-jauh energi negatif yang dimiliki, dan menyerap lebih banyak energi positif ke dalam diri. Misal, dalam aspek religiusitas, sebagai F aksinya, kita melakukan dosa riba bertahun-tahun lamanya, dampaknya hidup kita menjadi tidak tenang, kemudian kita khilaf, bertaubat kepada Allah, memohon ampunannya, serta membuang jauh-jauh dosa tersebut, tidak mengulanginya lagi, karena takut akan siksa yang kelak didapatkan di yaumul akhir. Lalu, sebagai -F reaksi, kita membalasnya dengan melakukan amal-amal yang mendatangkan pahala berlipat ganda, seperti dengan berbisnis sesuai prinsip syariah, berzakat, berinfaq, serta bersedekah, dengan semata-mata berharap mendapatkan ridha Allah dan juga kemenangan di akhirat kelak. Maka dengan demikian, secara otomatis, ketenangan hidup akan didapatkan.