Setidaknya itu yang aku pikirkan di penghujung malam waktu Truro, Nova Scotia, Canada, Rabu, 19 November 2025.
Dibalik keheningan dari tugas perduniawian, hiruk pikuk, kesumrewangihan ibukota, dan jauh jarak dari sang Ibu pertiwi tercinta.
Tersimpan kisahku, yang rugi dalam hal material, pun pernah juga rugi dalam hal spiritual, yakni rugi disini artinya kehilangan. Bisa jadi kehilangan arah, nominal, dan tujuan.
Ku menulis ini menjelang dimulainya subuh pukul 5.51 waktu Truro. Dengan posisi berdiri, memikirkan tiket pesawat yang tak kunjung dibeli, karena 1 dan 2 lain hal.
Itulah mungkin kerugian material yang pertama kali menyebabkannya. Aduh, diriku jadi berpikir...
Dan membandingkan kerugian spiritual yang aku pernah alami di masa lalu.
Manakah yang lebih berat?
Kurasa tidak ada yang salah dan berat sebelah.
Semua ada timingnya masing-masing.
Ketika diri mengalami ujian materi, apakah membuat dekat dengan sang pencipta? dan mengevaluasi apa yang telah diperbuat? bahwa harta itu bisa saja kotor didapat dari cara yang haram.
Pun demikian jiwa tatkala diuji, bisa jadi ianya, belum suci dan pulih, untuk itu perlu dibersihkan, dan ketika dibersihkan sejauh mana itu membawa diri pada kedekatan sang khaliq.
Pada akhirnya, bukan tentang materil atau spiritual yang dirugi, tpi jiwa dan harta yang suci, berharap dipenghujung kehidupan untuk dipanggil dan menghadap sang pencipta, dalam keadaan terbaik.
Oleh: Arva Athallah Susanto, Kanada. Musim Dingin, 2025