<>

13 October 2024

Dua kondisi yang berbeda

Pernahkah Anda berada pada situasi dimana setelah mendapatkan kesenangan, ada kesedihan, sebaliknya setelah mendapatkan kesedihan, ada kesenangan. Mengapa kita tidak dapat berlarut dalam kesenangan saja?

Ya, jawabannya adalah hukum Alam. Nature's Law. Seperti dalam Al Qur'an, dibalik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Namun mengapa tidak direksinya itu dibalik setiap kemudahan, ada kesulitan? Yap, karena Allah sayang sama kita, ketika kita dihadapkan pada kesulitan, ketika kita mendengar ayat ini, kita tidak langsung berlarut dalam kegelisahan yang berkepanjangan, karena ada jaminan (guarantee) bahwa suatu saat pasti akan datang kemudahan. 

Untuk pertanyaan mengapa tidak sebaliknya direksi kata-nya? Menurut saya karena ketika kita belajar dari kegagalan, sebagai makhluk yang menghambakan diri kepada sang pencipta, ketika dalam kemudahan kita akan menjadi tidak sombong, merasa dalam puncaknya. Ketika kita melebihi batas, maka akan datang kesulitan. Ketika belajar dari kesulitan dan nanti akan datang kemudahan, maka ketika datang kemudahan kita akan aware, dan selalu menyebut asma nya. Namun, mengapa kadang momentum tidak berpihak kepada kita? Ya, itu karena bisa jadi ibadah yang kurang, istirahat yang kurang cukup, dan terlalu mementingkan duniawi. Tapi manusia juga tidak luput dari kesalahan, hal kecil yang berdampak besar jangan disepelekan. Untuk itu pentingnya doa sebagai senjata utama seperti yang saya jelaskan di slide sebelumnya. Doa untuk menolak bala, diberi keselamatan dunia dan akhirat. Juga amalan kecil, seperti bakti pada orang tua, menjaga lingkungan, dan memelihara diri dari perbuatan munkar.

InsyaAllah dengan begitu akan lebih dominan kesenangan dhahir dan batin kita. Bismillah, yuk kita pasti bisa.

Dharuriyyah, The Great Reset, and The Greatest among The Greatness

Bagaimana nasib pelancong nan jauh di negeri sana yang tidak bisa merasakan makan dengan enak seperti di negerinya?

Makan dengan kurs IDR bukan USD. Makan dengan uang Rupiah yang berdaulat bukan dengan Mata Uang yang dicetak seenak jidat tanpa underlying asset.

Mengapa itu bisa terjadi?

Ya, jawabannya adalah peristiwa sejarah.

Bagaimana uang menjadi tak bernilai di mata manusia.

Uang yang awalnya berasal dari 1 gram emas = 1 helai kertas sebagai bukti kepemilikan emas yang tersimpan di Bank. Menjadi 0,0000000 tak hingga. 

Namanya juga dunia, dimana letak keadilannya?

Letak keadilan adalah di negeri akhirat.



Kembali lagi ke topik...

Uang yang dulunya menjadi primadona karena didapatkan dari jerih payah menggali unsur terdalam di bumi, kini melalui tebangan pohon pinus dan itu bisa didaur ulang dan diimitasi serta dicetak sebanyak-banyaknya.

Jika kita memandang Islam dahulu pada masa kejayaannya, mereka menggunakan emas dan perak untuk transaksi. Tapi di era digital ini bagaimana emas dan perak bisa diterapkan?

Apakah mengikuti nilai London Gold Exchange Standard? ataukah dengan inovasi dengan teknologi blockchain yang underlyingnya emas, jadi 1 ARV (Arva Gold) = 1 gram emas. Dan itu nilainya setara dengan semua mata uang yang ada di dunia ini.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan The Great Reset, mereka mengagendakan, mereka memakar, tapi makar Allah lebih canggih dari musuh-musuh nya. Yap, saya ingin mereset peradaban melalui dimana peradaban modern itu dimulai. Ekonom besar bangsa pernah menimba ilmu disana bung RR, bung IN, bung FB. Semua lulusan sana. Yap, untuk itu harus realistis, persiapkan motivation letter, resume, GRE, GMAT, jangan lupa satu, Do'a. Itu senjata utama umat muslim.

Persiapkan diri dengan kembali ke fitrahnya sebelum peradaban itu direset oleh yang Maha Kuasa, bukan Mereka yang Sok Kuasa.

Sekian

11 September 2024

Fa bi ayyi ala irabbikuma tukaddzibann

Orang gila mana yg nggk bersyukur diberi nikmat bisa lanjut studi di jenjang berikutnya? 
Orang gila mana yg nggk mengoptimalkan studi lanjut padahal dengan biaya sendiri? 
Orang gila mana yang selalu insecure merendahkan diri dihadapan teman2nya padahal punya resources yang berlimpah? 
Orang gila mana yang nggak bersabar diberi ujian padahal orang lain diberi ujian yang lebih berat? 

Dan pertanyaan tentang orang gila lainnya... 
Ya Allah, astaghfirullah 3x.. 

Yakk diantara nikmat lain yang Allah berikan, mana lagi yang kau dustakan? nikmat sehat, menghirup oksigen yang mahal sepersekian detiknya? Nikmat mata untuk melihat secara jelas, nikmat pendengaran, dan panca indra lain? Kurang apa lagi? Subhanallah wal hamdulillah wala ilaa ha illallah wallahuakbar. Maha suci Allah dan tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan dia Maha besar.. 

Sesungguhnya ketika kita merenungi secara mendalam tentang hakikat kehidupan ini. Kita akan mendapati titik 0 bahwa kita adalah makhluk yang terbatas. Cara berpikir kita terhadap dunia ini, baik masa lalu, sekarang, dan masa depan, hanya sebatas yang kita tahu saja. Beyond all of that, there is a magnificent knowledge of Allah. Hingga di surgaNya kelak hambamu ini ya rabb sebagai mahkluk yang dhoif, berharap melihat terbukanya mihrab dan melihat langsung engkau, ya Rabb. aamiin 

06 September 2024

Menjadi seseorang

Dalam hidup ini, banyak hal acak yang tak bisa diprediksi. Kadang, kita bisa mengidolakan seseorang hingga meniru rekam jejaknya secara sengaja, pun kadang kita membenci seseorang hingga enggan meniru rekam jejaknya dan secara tidak sadar suatu saat kita mengikuti jejaknya tanpa sengaja. Ya, hidup memang random dan unpredictable. Oleh karena itu, sebagai manusia kita tidak boleh sombong dan merasa superior di bandingkan yang lain. Sifat tawaddu' lah yang akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang mendapat ketenangan maksimal dalam hidupnya

Metaphycisc based on Newton's Law about feedbacking the cost of study

In this blog you always talk about the balancing life. But what actually is? Is that just a matter of emotion within yourself that you can't control? Life isn't as simply as Newton's Law or Metaphysics theory. But, in this theory you can learn a lot about a matter of perspective.

Again, I'll give you an example. The cost that you take as a master's degree student for example, without scholarship, the cost is expensive. 21 Million of IDR and each semester times to 3 you'll cost 8.5 Million of IDR. So, approximately, 46.5 Million of IDR. But how to feedback all of this. Is that with effort? Only that can be enough? The answer is relative. With Metaphysic based on Newton's theory it can be calculated and balanced with effort only if the effort you give is worth it. With knowledge will come a masterpiece. Knowledge will conquer everything even a mountain of money plus if it combines with good attitude. That is 2 keywords of feedbacking the cost of money you spent throghout the years. So wanna try? Let's see 1,5 years ahead, InsyaAllah