<>

19 November 2025

Kehilangan Material apakah lebih berharga daripada Kehilangan Spiritual?

 Setidaknya itu yang aku pikirkan di penghujung malam waktu Truro, Nova Scotia, Canada, Rabu, 19 November 2025.

Dibalik keheningan dari tugas perduniawian, hiruk pikuk, kesumrewangihan ibukota, dan jauh jarak dari sang Ibu pertiwi tercinta.

Tersimpan kisahku, yang rugi dalam hal material, pun pernah juga rugi dalam hal spiritual, yakni rugi disini artinya kehilangan. Bisa jadi kehilangan arah, nominal, dan tujuan.

Ku menulis ini menjelang dimulainya subuh pukul 5.51 waktu Truro. Dengan posisi berdiri, memikirkan tiket pesawat yang tak kunjung dibeli, karena 1 dan 2 lain hal.

Itulah mungkin kerugian material yang pertama kali menyebabkannya. Aduh, diriku jadi berpikir...

Dan membandingkan kerugian spiritual yang aku pernah alami di masa lalu.

Manakah yang lebih berat?

Kurasa tidak ada yang salah dan berat sebelah.

Semua ada timingnya masing-masing.

Ketika diri mengalami ujian materi, apakah membuat dekat dengan sang pencipta? dan mengevaluasi apa yang telah diperbuat? bahwa harta itu bisa saja kotor didapat dari cara yang haram.

Pun demikian jiwa tatkala diuji, bisa jadi ianya, belum suci dan pulih, untuk itu perlu dibersihkan, dan ketika dibersihkan sejauh mana itu membawa diri pada kedekatan sang khaliq.

Pada akhirnya, bukan tentang materil atau spiritual yang dirugi, tpi jiwa dan harta yang suci, berharap dipenghujung kehidupan untuk dipanggil dan menghadap sang pencipta, dalam keadaan terbaik.


Oleh: Arva Athallah Susanto, Kanada. Musim Dingin, 2025



16 February 2025

Manusia dengan berbagai pilihannya

Tahukah kamu? didunia ini, manusia diberi Allah berbagai macam cobaan. Yang kadarnya setiap manusia tidak sama. Ada yang diberi keunggulan A, namun lemah dibidang B, pun sebaliknya, ada yang diberi keunggulan B, namun lemah dibidang A. Sejatinya, 3 cobaan yang sering mendatangi manusia, seperti harta, tahta, keluarga walaupun terdengar klise. Tapi ini fakta. Harta bisa memabukkan, tahta bisa membutakan, keluarga bisa "merepotkan".

Ada yang harta dan tahtanya dapat, seperti kekayaan yang luar biasa banyaknya, kedudukan yang demikian tingginya, namun diuji dengan keluarga, seperti anak yang nakal, atau istri yang tidak menurut dengan suami. Ada yang kedudukannya tinggi, keluarganya ayem tentrem, tapi harta nya berkekurangan, seperti dililit utang, terjebak judi online, dan investasi bodong, ditipu orang, dll. Ada juga yang harta nya melimpah, keluarganya rukun, namun diuji dengan kedudukan, yang maksudnya ialah dengan jabatan yang ia peroleh, ia salah gunakan tidak untuk menolong agama Allah, malah sebaliknya, merugikan banyak orang dengan kebijakan yang dibuatnya, sehingga mengundang murka Allah di dunia, lebih-lebih di akhirat. Ada pula, manusia itu -2,+1, bahkan -3,+0, amat jarang yang +3,-0, dalam hal diatas contohnya +2,-1 ya.  Kalaupun ada yang +3,-0 seperti harta melimpah, kedudukan tinggi, dan keluarga harmonis, namun itu terlihat fatamorgana oleh orang-orang yang melihatnya. Sejatinya, ia tidak merasakan seperti yang dirasakan orang, atau biasanya hanya sesaat. 

Sehingga, apa yang membuat manusia itu berhasil di hadapan sang penciptanya? Iya, dialah orang-orang yang mempercayai keberdaaanNya, tidak melihatnya secara langsung, tapi merasakan kehadirannya di setiap saat. Selalu mersa cukup, tidak pernah mengeluh, bersabar saat diberi cobaan, bersyukur saat diberikan nikmat. Maka sejatinya ialah manusia yang paripurna. Manusia yang dihadapan TuhanNya ia tunduk, sehingga dicintai olehNya, dan dihadapan manusia dipandang bermartabat, sehingga dimuliakan olehNya.

Surabaya, Februari 2025, Menjelang Ramadhan.

Imanku mulai stabil, walau sholat kadang telat. Namun, ku tetap mencoba tuk kembali kepada romantisisme Iman masa lalu. Yang menyuguhkan kedekatan dengan Allah, hati ini bertasbih, dahi berada di titik terbawah, mata dijaga penglihatannya, dan otak diisi dengan ilmu-ilmu agama.

Stop hanya sekedar "rindu" mulailah dengan praktek. Tahukah kamu? bahwasanya senjata kaum muslimin di akhir zaman adalah berdzikir. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Alaa Bidzikrillahi tathma'innul qulub. Dimulai dari detik ini, sudahkah kau sholat tepat waktu? yuk gas, tutup laptopmu, makan ramenmu, dan segeralah pergi ke rumah Tuhanmu.

Mengapa kau begitu lalai dengan mendahulukan aktivitas sekunder daripada primer? Apakah kau lupa dengan negeri akhirat? Tatkala kematian didepan mata, diri belum bersiap menghadapnya, naudzubillah, tsumma naudzubillah. Semoga kita senantiasa diberi taufik dan hidayah, petunjuk dari sang Maha Kuasa, tuk selalu berdzikir, beristighfar, tuk perjumpaan terbaik nantinya. Tuk mendapat syafaat kekasihNya. Rasulullah Muhammad SAW, di yaumul akhir, yaumul hisab, dan hari penghakiman.


12 January 2025

maaf

Maaf karena ku tak bisa memenuhi keinginan(mu) sementara ini.
Mungkin skenario terbaik adalah aku harus melewati ini semua.
Lika liku dalam hutan rimba yang tidak banyak orang mau menempuhnya.
Sakit, kesal, kecewa. Semua campur aduk menjadi satu.
 Akupun belum membuat resolusi untuk tahun ini, namun ku percaya meski belumuran dengan dosa, ku tetap bangun tahajud tuk menemuiMu di sepertiga malam terakhir. Aku hanya Ingin bermunajat untuk kau maafkan, kau berkahi umur, kau kuatkan pundak untuk menempuh jalan yang tak mudah itu.
Entah kedepan ku mau jadi orang biasa, atau orang besar kah seperti yang nenekku inginkan.
Ku tetap percaya bahwa skenarioMu yang terbaik.
Maafkan aku.
Aku akan berubah menjadi lebih baik dan baik lagi besok pagi.
Nafas embun pagi pertama yang kuhirup setelah bangun dari lelapnya tidur malam. 
Akan ku syukuri sebagai nikmat terbesar yang tiada duanya dariMu.
Jejak langkah kaki yang kutempuh ku syukuri sebagai anugerah akan nikmat menjadi Muslim setiap sepersekian detiknya.
Sekali lagi maafkan aku.
Aku kan kembali dan kembali berubah besok pagi, hingga ku melafalkan kalimat tauhid di akhir hidupku.
Tuk bertemu pada perjumpaan terbaik dan kehidupan yang hakiki kelak.
Bertemu kekasihMu. Berharap akan syafaat beliau dan ridhoMu.
Aamiin ya Rabbal Alamin..

28 December 2024

titik terendahku di penghujung 2024

Hidup kadang susah ditebak, setelah mendapat nikmat yang berkepanjangan, sesudahnya dapat kesedihan yg tiada ujungnya, rasanya hidup hampa dan kosong tanpa arah.

Ya itu yang kualami per 29 December 2024. Berada dalem fase quarter life crisis kembali. Semua kerjakan terbengkalai, dipaksakan untuk di garap di hari deadline. Semua menumpuk dalam 1 waktu, rasanya hidup begitu sulit, boro-boro memikirkan bakti terhadap orang tua dan agama serta bangsa. Mengurus diri sndiri saja tak bisa, apalagi anak orang nantinya. Ya Allah. Mungkin aku ditakdirkan dalam fase ini tuk cerita agar di masa depan aku menertawakannya dengan terheran2. Mengapa dulu aku bisa begitu.

Begitulah hidup kadang siklikal, kadang monoton, dan dinamis. Monoton kadang tak enak, karena merasa seperti robot, gitu2 saja, dkasih siklikal dan dinamis pun kadang tak enak, karena kelelahan fisik dan mental. Hm kunci nya ada di syukur, sabar, ikhlas, tawakal. Kembali lagi kepada agama yang mengajarkan norma, adab, serta tujuan hidup.

Norma tentang kehidupan bermasyarakat dan berbudaya

Adab tentang akhlak terhadap tuhan, sesama, dan lingkungan

Tujuan bicara tentang arah kembali pulang setelah mengabdi sekian lamanya umur manusia yang rata-rata 63 tahun

Pada ujungnya, kita akan mati, dan sebaik-baik Iman dan taqwa adalah pakaian dan pengingat kematian.

-Arva, 
29 December 2024

Berada dalam fase tuk kembali ke padaNya. Menjadi fitrah sebaik-baik makhluk.